Hukum tabur tuai

Yeremia 29:11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.


Di dalam kehidupan ini, ada istilah yang mengatakan tentang hukum tabur tuai. Apa yang ditabur, itu yang akan dituai. Ketika orang menabur yang jahat, maka dia akan menuai yang jahat juga. Namun, ketika orang itu menabur yang baik, ternyata belum tentu mendapatkan yang baik. Itu sebabnya ada begitu banyak orang tidak mau berbuat baik kepada semua orang karena berpikir akan mendapatkan yang jahat. Ini adalah pandangan orang dunia, karena tidak ada kepastian di dalam pemikiran mereka tentang tuaian atas kebaikan yang diperbuat. Ketika yang baik dilakukan, justru yang jahat yang datang kepada mereka sehingga menjadi jera untuk menabur kebaikan. Maka dari sinilah ada istilah, air susu dibalas dengan air tuba. Artinya kebaikan dibalas dengan kejahatan.


Berbeda dengan pemikiran orang dunia, justru bagi umat Tuhan hukum tabur tuai itu ada kepastian karena di dalam Yesus ada kepastian. Di dalam kitab Galatia 6:7b ada dikatakan bahwa apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Apabila ditabur yang jahat, maka akan dituai yang jahat juga. Sebaliknya, apabila ditabur yang baik, maka akan dituai yang baik juga. Lantas, bagaimana ketika kita berbuat baik kepada seseorang, kemudian orang itu justru membalas kepada kita hal yang jahat? Apakah hukum tabur tuai tetap berlaku bagi umat Tuhan? Dalam hal ini, Firman Tuhan tidak pernah salah di dalam menyatakan kehendakNya kepada manusia.


Kalau melihat dan membaca kisah tentang Yusuf di dalam kitab Kejadian, kita dapat belajar lebih banyak mengenai hukum tabur tuai ini. Dalam hal ini, Yusuf selalu berbuat baik kepada saudara-saudaranya, namun saudara-saudaranya malah membenci bahkan tega menjual dirinya kepada orang Mesir. Walaupun Yusuf telah disakiti, namun Yusuf tidak pernah mengatakan air susu dibalas dengan air tuba kepada orang lain. Di negeri orang, Yusuf tetap tidak jera berbuat baik kepada orang lain, namun tetap saja kebaikannya dibalas dengan kejahatan karena dia difitnah oleh istri Potifar yang merupakan tuannya. Kesetiaan Yusuf untuk berbuat baik kepada setiap orang memang patut diacungi jempol, karena ternyata kebaikan yang dia tabur menghasilkan buah kebaikan bagi dirinya dan keluarganya. Di sini dapat dilihat bahwa hukum tabur tuai itu tetap berlaku dan memang akan terjadi di dalam diri kita. Ketika kita menabur yang baik, maka ketika menantikan hasilnya, ada suatu proses yang akan membuat buah yang dihasilkan akan sangat baik. Proses yang terjadi di dalam menantikan hasil kebaikan itu dapat berupa fitnah, iri hati, kedengkian, kemarahan dan lain sebagainya dari orang lain. Disinilah umat Tuhan akan dibentuk karakternya menjadi lebih baik lagi untuk lebih sabar, penuh kasih, memiliki ketabahan, tidak sombong, murah hati dan lain sebagainya dan satu hal lagi yaitu kita dapat mengerti bahwa rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera yang penuh dengan harapan. Segala sesuatu yang terjadi di dalam diri umat Tuhan ketika menantikan buah yang baik hasil dari kebaikan yang ditabur adalah baik adanya. Inilah yang harus kita pahami. Seperti Yusuf yang pada akhirnya dapat berkata bahwa orang lain dapat mereka-rekakan dan berbuat yang jahat kepada dirinya, tetapi Tuhan merancangkan sesuatu yang baik bagi dirinya dan bangsanya (Kejadian 50:20), demikian pula kita akan dapat mengatakan hal yang sama ketika pada akhirnya kita menerima sesuatu yang baik dari Tuhan karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Terpujilah nama Tuhan. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar